Skip to main content

Project Kelas Kewirus

Oke jadi begini... Gue ambil kelas kewirus di jurusan gue. Buat anak jurusan manajemen, mata kuliah kewirausahaan yang kami singkat jadi kewirus itu ngeharusin kita bikin bisnis beneran. Peraturannya sih bervariasi, tergantung dosen yang mengampu. Dosen yang gue ambil ini, sama dia ga boleh bisinisnya di bidang kuliner atau makanan... Alasannya obvious sih, ntar jadi ga pada kreatif karena bikin bisnis kaya gitu terlalu mudah prosesnya(menurut doi). Ya lo jadi reseller keripik juga udah termasuk di bidang bisnis kuliner kan?
Gue sama anak-anak kemudian brainstorming, dan kepilihlah ide gue yang terus dimodif juga bareng anak-anak... Jadi kami bikin tour and travel service dengan konsep dan destinasi yang gak biasa. Mirip-mirip street tour yang di Jakarta gitu, target marketnya backpacker. Tim gue juga, target market kami backapacker dan mahasiswa asing yang lagi di Yogyakarta. Dan memang di fakultas gue itu tiap semesternya aja banyak banget mahasiswa asing yang ke Jogja tujuannya exchange, double degree atau cuma short course/workshop.
Kami bikin travel pack misalnya "A Day With Javanese Family". Jadi si traveler ngasih duit ke kami yang kami salurkan ke Ibu-ibu di satu rumah tangga di desanya temen gue di daerah Sayegan, Godean(utaranya kota Jogja). Ntar kita kesana lihat-lihat sawah, jalan-jalan di kampung, masak bareng, makan bareng, ngobrol. Ya pokoknya jadi warga desa Jogja sehari. Itu salah satunya. Trus ada ngajar juga, jadi volunteer sehari, dan lainnya.
Kalau konsep, kami sendiri udah lumayan mateng. Intinya, "you could benefit others(society, planet) through traveling". Misi kami, kami bakal menyumbangkan sebagian profit buat warga di daerah yang kita jadikan tempat tujuan wisata. Itu kan gampangnya, kalo yang lebih dalam lagi... Gimana si turis itu bisa bantu dengan tenaga juga. Seperti contohnya ikut ngajar di program yang dibentuk bareng-bareng teman gue sama dua alumni exchange fakultas guedi daerah Kricak Kidul.

Yang unik dari hari ini adalah, gue beberapa minggu lalu dapet telepon dari orang yang yah... temennya-temennya-temennya temen gue lah. Nanyain gue bisa ga ngeguide orang asing buat seminggu ke depan. Ya gue bilang aja bisa lah, toh lumayan kan bisa gue masuk-masukin ke kelas kewirus gue. Sebelumnya juga gue cukup sering ngeguide temen gue yang mahasiswa asing, tapi ya ga dibayar. Itung-itung jalan bareng aja.
Jadi tadi tuh hari pertama ngeguide profesional gue. Asli gila ya... beda deh kalo sama yang bukan backpacker. Ibu-ibu yang pengen sempurna gitu lah. Memang orang punya duit. Gue tadi jalan seharian dan yang bikin capek itu bukan jalan-jalannya, tapi capek jaga sikap! Hahaha.

Gue rada der-deran nih hari ini. Kalau boleh jujur, asli gue kurang puas. Malah bisa dibilang ga puas sama sekali. Satu, gue keliru bikin trip sunset ke Chandi Ratu Boko. Itu tamu gue dah pada tuwir-tuwir, biar kelihatan seger tapi umurnya dah ada yang 65 tahunan. Lainnya 50-60. Pas bagian tangga ke-dua, dua orang tumbang. Sisa dua lainnya naik ke atas dan nanya, "Ini mana sunsetnya? Kepotong pohon begini," dan ZOOONNNKKK... Huaaaa gue kudu gimana dooong. Asli gue bingung, gue cuma diem aja dan sebenernya gue menikmati banget view di Boko. Lebih asik daripada di Prambanan. Ya mereka juga bilang gitu sih, tapi sayang, katanya. Mataharinya ketutupan pohon.
Ke-dua, ini gak gitu zonk sih. Gue kan ajak makan di Abhayagiri tuh... Ternyata balkon atasnya lapang, pun clear dari pohon yang daunnya lebay. Ini sih lebih oke kalo mau lihat sunset. Ibunya bilang, "Dil, lain kali kalau mau ajak lihat sunset di sini aja ya," oke. A little zonk. Pas bayar lumayan mahal tuh, Ibunya bilang lagi, "Hmm.. tumben kok Jogja mahal". Aduh... Iya juga sih, gue langsung bawa ke tempat makan yang berlima makan 650 rebay. Tapi gue pikir, ini kan resto yang diganti atas rekomendasi adiknya si Ibu. Gue kan cuma ikut aja.

Nah yang ini, ke-tiga. Jadi gue punya temen kampus yang dia itu anaknya guide senior di Prambanan. Rumah dia dekat sana. Pas tamu gue nonton Ramayana Ballet, gue telepon aja dia pengen nyante di rumah... Supir gue oke aja, mungkin dia rada sungkan sama temen gue yang anaknya guide yang lumayan dia tahu. Secara resmi, itu Ramayana Ballet kelarnya jam 20.30. Gue tenang aja balik jam 20.10, lah orang pake motor... Itu juga gue balik jam segitu gara" supir udah sms, "Mbak, Ibu nya udah selesai". Gue pikir alah nih orang biar gue siap" aja kali, ternyata... waaa. Beneran dah kelar! Gue nyampe sana mobil udah ga ada, gue panik telepon driver katnaya udah nganter tamu ke hotel. Doi bilang, "Mbak ini mending saya antar tamu ke hotel dulu. Nanti kita bicara lagi". Zonk. Sampe ga bisa apa-apa. Der-deran. Ngadegdeg. Gue langsung minta dibawa ke burjo terdekat, padahal di daerah Kalasan itu ga ada burjo(emang lu pikir daerah kos-kosan), pokoknya gue kudu duduk dan bisa nunggu supir jemput lagi. Supir jemput kan, dan gue tanya, "Pak, tadi itu gimana?"
"Fatal banget. Ga boleh harusnya guide ninggalin tamu. Kalau mbak dari agent(travel agent), bisa-bisa agentnya yang kena, driver juga kena. Kena semua. Dan kalau itu wisatawan asing ngadu ke negaranya(konsuler?), agent bisa dituntut paling nggak 50% dari harga tur"

ZONK

ZONK...

ZONKK......

WAAAAAAAAAAAAAAAAAAA........!!!

Gilaaa gue langsung menyusut dan cuma bisa bilang, "Waaaaaa gimana ini Pak huwaaa saya ga tau gimana ini besok pagiiiii T____T" Akhirnya ceritta-cerita dan gue (agak sedikit hampir) lega karena mereka ga nunggu lama dan supir inisiatif buat langsung antar mereka balik. Asli lah gue mana kepikiran ntar bakal pulang sama siapa, gue cuma kepikiran itu tamu nunggu lama, dongkol, driver gue diomelin, dan mereka balik. Gue udah kepikiran skenario kek gitu dan untunglah driver gue pinter... Dia sempet muter dulu dan nunggu gak nyampe 10 menit trus langsung cabs hotel. Jauh lebih baik gue ditinggal pulang daripada mereka kudu nunggu.
Hah.
Hahhh...
Gue ga tau lah kudu disebut pegimana ini. Anak manajemen kok ya ga profesional blas T_T Mentang-mentang backpacker tapi kok ya seenaknya huhu, Jujur deh ah, sampe sekarang masih lebih senang ngeguide "aneh-aneh" dengan bawa sesama backpacker juga, pressure beda. Tapi inilah pembelajaran baru gue, besok-besok ga boleh kek gini lagi. Minimal 1 jam sebelum pertunjukan kelar gue kudu udah di tempat! Soalnya 20 menit sebelum pertunjukan kelar aja, tamu gue udah cabut duluan! Prambanan jahat! *plak* *malah nyalahke wong liyo*

Semoga besok jauuuh lebih baik dari ini. Make up gue oke, muka gue ga ngantuk, english gue lebih lancar, sama ini materi sejarah gue udah nguasain banget. Besok materinya Kotagede dan perak! Kraton juga! Wushh wussshh ganbatte!

Comments

Popular posts from this blog

Iseng-Iseng Niat: Perjalanan Menjadi Seorang Fulbrighter (Bagian 1/3)

Sebelum memulai utas (thread) ini mungkin ada baiknya saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama (kalau di gunung) saya Janis, saya alumna Fakultas Ekonomika dan Bisnis - Universitas Gadjah Mada jurusan Manajemen. Saya lulus tahun 2015 dan saat ini bekerja di satu institusi pemerintah pusat. Omong-omong saya orang Cancer, kalau memang mau tahu banget... kiri: teman penulis; kanan: penulis. Mohon diabaikan saja Blog ini sebetulnya sudah lama saya buat, kurang lebih tahun 2004 dan waktu itu saya masih kelas 7 SMP. Setelah menulis berbagai entri yang tidak bertema dan kebanyakan hanya cuap-cuap sekenanya saja (itu pun jarang), tahun ini setelah menerima pengumuman bahwa saya "resmi" menjadi principle candidate untuk beasiswa Fulbright, saya memutuskan untuk kembali menulis di blog ini dan mendedikasikannya untuk para pencari beasiswa S2 di Amerika Serikat khususnya melalui beasiswa Fulbright. Kasih selamat boleh dong... Nama Fulbright sendiri sebetulnya adalah nama dari

Iseng-Iseng Niat: Perjalanan Menjadi Seorang Fulbrighter (Bagian 2/3)

Yayy... Saya kembali lagi! Laman ini adalah lanjutan dari blog post sebelumnya, silakan klik di sini. Berdasarkan surel yang saya terima dari AMINEF pada tanggal 3 April 2017, jadwal wawancara saya adalah tanggal 20 April 2017. Nah... Ternyata ada waktu selama 17 hari untuk mempersiapkan diri, masa yang saya rasa sangat cukup untuk bersiap-siap. Apa saja yang saya lakukan untuk mempersiapkan diri? Tentu bermacam-macam, tapi yang utama dan sangat mudah ditebak a la kids jaman now tentu saja berselancar di internet! Terdapat beberapa laman blog para Fulbrighters yang sangat membantu saya untuk mempersiapkan diri selama wawancara, tapi yang paling komprehensif dan (sepertinya) paling banyak diakses adalah laman blog Comatosed Thoughts milik Kak Nanda. Kelak di kemudian hari saya baru tahu kalau ternyata Kak Nanda adalah mentor dari salah satu sahabat saya sesama kandidat penerima beasiswa Fulbright (mentor-mentoran ini akan saya bahas di utas selanjutnya). Terima kasih Kak Nanda...
aku berkata padanya, "kejarlah mimpimu sampai ke ujung dunia, jangan pedulikan aku. karena aku pun akan mengejar mimpiku sendiri," aku tak tahu hal apa lagi yang akan aneh setelah perpisahan, putus yang direncanakan. aku hanya ingin berpikir logis, realistis, penuh pengharapan dan keyakinan bahwa kami akan meraih cita-cita kami masing-masing, dan kami tak ingin disaat cita-cita itu telah tercapai, kami belum mendapat apa-apa. belum merasakan apa-apa. dia bercerita kepadaku, tentang detik yang mati, "selama ini detik berjalan,maju ke depan. tanpa kembali ke belakang, hal-hal yang ditinggal hanya bisa dilihat kembali, tidak bisa diulang lagi," aku hanya bisa menatap senja hari dan berkonspirasi dengan rumput yang bergoyang, bertanya siapakah yang tengah duduk di buaian bulan sesungguhnya. ah, aku teringat saat-saat kami meracau tentang dunia, dengan sombong membuat filsafat sendiri tentang semesta, kami menertawakan kebodohan kami, dengan bangga mengakui bahwa kami ma