Skip to main content

Posts

Showing posts from 2011
berbekal rasa penasaran, sore tadi saya datang ke pelataran balairung ugm untuk menyapa teman-teman "occupy ugm" cc: @arthurkemal @artyian saya sempat berbincang-bincang cukup lama dgn mereka, bisa dibilang wawancara lah, tapi ini sifatnya independen, lebih karena pgn tahu aja. dari teman" diploma elins ugm, saya jadi dapat lebih banyak informasi.... berikut ini poin-poin yg mereka yg sampaikan.............. 1. mereka meminta kejelasan mengenai perpindahan status dari diploma menjadi sekolah vokasi 2. permohonan pembukaan kembali program ekstensi 3. persoalan gedung sekolah vokasi yg bisa dibilang sudah tidak layak pakai... kayaknya bakal menuhin TL nih... tak masukkin blog aja deh. sik link-nya. *maafkan aku followers* *dikutip dari linimasa twitter saya: @alfath92 , berikut ini kelanjutannya* untuk poin pertama, teman-teman sekolah vokasi merasa dirugikan oleh sebab mereka(terutama angkatan 2009) merasa menjadi kelinci percobaan ugm. ketika sekolah vokasi masih berupa
surat kecil untuk calon ketua bem, hmj, dan lk feb ugm periode 2012 Siapapun yang menang nanti, tolong bawa kembali perjuangan ini ke semangat pergerakan mahasiswa yang sebenarnya. Maukah kalian memangkas program kerja(yg terlalu banyak dan sering bertubrukan dgn acara lain itu) demi kegiatan" kecil yg lebih bermakna? Karena letih bekerja disebabkan oleh setumpuk kegiatan yg tuna rasa. Kami hanya bekerja, tidak mengusung nilai dasarnya. Maukah kalian bergandeng tangan dgn fakultas lain? Tahukah kalian saat ini, teman" sekolah vokasi tengah berpeluh dlm memperjuangkan haknya? Karena kita hidup dalam satu semesta bernama universitas. Universum. Terintegrasi, tidak jalan sendiri. Meski gedung kita menjulang tinggi. Maukah kalian menyuarakan kegelisahan kami? Mampu menolak instruksi dekanat soal harus ada acara begini, begini, dan begini. Kita adalah warga yg setara, bukan babu dan jongos yg dipekerjakan mereka! Maukah kalian membudayakan kekritisan itu kembali? Saat apatisme mer
ber-ha-la bapak bersorban luka berjubah amarah gemuruh napasnya merapal kepal-kepal mengeja ceceran kepala bebal jika pandawa kafir kotor berdosa, apakah itu di etalase? haute couture dan keanggunan? berhala, bagi paha-paha yang terbuka
awan kebingungan yang berteman dengan cangkir setengah isi. kau ceritakan gurau gumam gerutumu di siang bolong yang menghujanimu dengan buru-buru dan nesu-nesu. lantai dingin muram menahan duka kau kembalikan padanya hangat tubuhmu yang biasa. menuliskan kisah-kisah senja meski ia belum datang. hey kamu hey dirimu, menyingkirlah dari pikiranku, ujarmu gusar dan tinjumu berlalu, di udara hampa yang kau buat sesak sendiri. tugas, angka, dan konsepsi dirimu. jam tiga pagiku entah sia-sia atau entah cuma pilu yang dipesan sengaja, tanpa lupa kau beri tip berupa lagu-lagu masa lalu. kini biarkan retakan kenangan memburam dibawa awan kebingungan, meski ia pasti datang lagi. di suatu siang di ceruk cangkirmu yang kosong minta diisi lagi. 28112011 f
mabuk terima kasih telah datang dan menawarkan cawan asa hmm, diriku bagai piala kerontang yang merindukan anggur manismu biar kureguk dan kuteguk suka cita dan semangatmu dan basahi kerongkonganku biaskan dahaga akan cintamu tuan, aku minta segelas lagi. picture courtesy of matty-ian
kembali, untuk dirimu aku bersajak jika sampai dirimu oh cahayaku melihatku berlagu untukmu, akankah kau beranjak? aku tak peduli, wahai engkau rintik hujan yang membasahi jendela hati karena sudah menjadi diri untuk memujamu berhari-hari bahkan di tiap malam yang kelam saat mata hanya menerjemahkan buram oh hanya dirimu wahai pujangga alam yang menari-nari di hari dini hingga temaram maukah kau tak beranjak, dan disini... diam?
untuk dirimu, ya hanya kamu wahai engkau harta ruangan ini mentari bagi jendela mutiara bagi sudutnya dan engkaulah kata-kata di setiap buku yang kubaca aku masih dan akan selalu mengagumimu. di senja berhujan, di sudut ruangan itu
JENDELA I aku mencintaimu bagai daun yang berbisik seolah dukanya tak sampai kepada hujan aku mencintaimu bagai angin yang mendesau seolah keluhnya tak sampai kepada awan bagai berwudhu dalam subuhku, engkau menampar dari lenaku. namun aku tak mau berhenti, aku tak mau zikir embun di awal pagi JENDELA II hanya aku dan Tuhan yang tahu, tapi tak apa. karena duka daun pun tak pernah sampai kepada hujan keluh angin pun tak pernah sampai kepada awan namun mereka bercinta bersama, menyebut nama Tuhan bagai sang sufi aku ingin berzikir bersamamu, maukah kau jadi imam dalam salatku? JENDELA III oh Tuhan, wahai rasa rindu yang tak tertahan mengapa kau desaukan angin? sehingga menggoyang daun-daun yang bergemerisik menggodaku, "aku tahu kau merindukan dirinya," bolehkah aku mencintai makhluk-Mu, Tuhan? (14022010, sekre sef)
pemain orkestra dan pemain marching band(drum corps) bayangkanlah suatu konser yang menampilkan pertunjukkan orkestra. 10 menit sebelum konser dimulai, kamu harus sudah duduk di tempatmu. oh ya, ini pengetahuan umum. kadang malah 30 menit. jika lewat, kamu tidak akan diperbolehkan masuk, hanya boleh masuk saat pergantian lagu, karena dikhawatirkan akan mengganggu proses persiapan atau jalannya orkestra. kamu pun bercengkrama bersama teman, membicarakan repertoar-repertoar yang akan dimainkan atau pemain biola ganteng yang kebetulan tadi lewat. tak terasa, lampu pun mulai diredupkan. suasana sunyi. kamu tahu, itulah saatnya untuk diam dan tenang karena konser akan segera dimulai. satu persatu pemain masuk sambil membawa alat(kecuali cello, tuba, dan timpani--tentu saja--) dan partitur, sampai seluruh pemain masuk, barulah masuk konduktor yang berjas ekor panjang. dia membungkuk hormat kepada penonton lalu berbalik badan. membuka partitur di hadapannya, lalu mulai memimpin jalannya orkes