Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2011
JENDELA I aku mencintaimu bagai daun yang berbisik seolah dukanya tak sampai kepada hujan aku mencintaimu bagai angin yang mendesau seolah keluhnya tak sampai kepada awan bagai berwudhu dalam subuhku, engkau menampar dari lenaku. namun aku tak mau berhenti, aku tak mau zikir embun di awal pagi JENDELA II hanya aku dan Tuhan yang tahu, tapi tak apa. karena duka daun pun tak pernah sampai kepada hujan keluh angin pun tak pernah sampai kepada awan namun mereka bercinta bersama, menyebut nama Tuhan bagai sang sufi aku ingin berzikir bersamamu, maukah kau jadi imam dalam salatku? JENDELA III oh Tuhan, wahai rasa rindu yang tak tertahan mengapa kau desaukan angin? sehingga menggoyang daun-daun yang bergemerisik menggodaku, "aku tahu kau merindukan dirinya," bolehkah aku mencintai makhluk-Mu, Tuhan? (14022010, sekre sef)
pemain orkestra dan pemain marching band(drum corps) bayangkanlah suatu konser yang menampilkan pertunjukkan orkestra. 10 menit sebelum konser dimulai, kamu harus sudah duduk di tempatmu. oh ya, ini pengetahuan umum. kadang malah 30 menit. jika lewat, kamu tidak akan diperbolehkan masuk, hanya boleh masuk saat pergantian lagu, karena dikhawatirkan akan mengganggu proses persiapan atau jalannya orkestra. kamu pun bercengkrama bersama teman, membicarakan repertoar-repertoar yang akan dimainkan atau pemain biola ganteng yang kebetulan tadi lewat. tak terasa, lampu pun mulai diredupkan. suasana sunyi. kamu tahu, itulah saatnya untuk diam dan tenang karena konser akan segera dimulai. satu persatu pemain masuk sambil membawa alat(kecuali cello, tuba, dan timpani--tentu saja--) dan partitur, sampai seluruh pemain masuk, barulah masuk konduktor yang berjas ekor panjang. dia membungkuk hormat kepada penonton lalu berbalik badan. membuka partitur di hadapannya, lalu mulai memimpin jalannya orkes