Skip to main content
berbekal rasa penasaran, sore tadi saya datang ke pelataran balairung ugm untuk menyapa teman-teman "occupy ugm" cc: @arthurkemal @artyian

saya sempat berbincang-bincang cukup lama dgn mereka, bisa dibilang wawancara lah, tapi ini sifatnya independen, lebih karena pgn tahu aja.

dari teman" diploma elins ugm, saya jadi dapat lebih banyak informasi.... berikut ini poin-poin yg mereka yg sampaikan..............

1. mereka meminta kejelasan mengenai perpindahan status dari diploma menjadi sekolah vokasi

2. permohonan pembukaan kembali program ekstensi

3. persoalan gedung sekolah vokasi yg bisa dibilang sudah tidak layak pakai...

kayaknya bakal menuhin TL nih... tak masukkin blog aja deh. sik link-nya. *maafkan aku followers*

*dikutip dari linimasa twitter saya: @alfath92 , berikut ini kelanjutannya*

untuk poin pertama, teman-teman sekolah vokasi merasa dirugikan oleh sebab mereka(terutama angkatan 2009) merasa menjadi kelinci percobaan ugm. ketika sekolah vokasi masih berupa program diploma--juga masih bertempat di fakultas yang terkait program studi masing-masing, bukan di sekolah vokasi seberang kopma ugm--, lulusan diploma mendapatkan gelar ahli madya(A.Md) sedangkan teman-teman sekolah vokasi ini kalau lulus nanti gelarnya... aduh saya lupa. pokoknya belakangnya SV gitu. intinya belum populer lah kalo buat mencari kerja, di perusahaan-perusahaan kan pakenya A.Md. selain itu, ada kasus ketika teman-teman diploma angkatan 2009 kerja praktek, mereka disangka siswa SMA, bukan mahasiswa universitas. alasannya karena mereka dinaungi oleh nama 'Sekolah Vokasi', bukan fakultas. disangkanya sekolah vokasi ini adalah SMA yang dibimbing ugm, kaya lab school gitu *tepok jidat*

nah... poin kedua. jadi waktu teman-teman 2009 masuk diploma(waktu itu namanya belum sekolah vokasi), program ekstensi itu masih ada. mereka masih optimis bisa melanjutkan ke program ekstensi ugm, jadi bisa mendapatkan ijazah S1 ugm. lhadhalah program itu kemudian ditutup sebelum mereka lulus. kalau teman-teman yang 2008 sih masih bisa melanjutkan ekstensi, meskipun dengan persyaratan IPK harus cumlaude buat bisa ikut program ekstensi ugm.
teman-teman "occupy ugm" ini beranggapan ugm keterlaluan. kalo misalnya pengen menutup program ekstensi, mbok ya ditutup sampe mereka yang 2009 ini lulus gitu lho. kalau 2010 dan 2011 kan memang dari awal sudah tahu kalau program ekstensi ugm sudah ditutup.
mereka juga mempertanyakan, kalau memang benar ugm ini ingin menjadi world class research university(WCRU) yang salah satu langkahnya adalah menghapus program diploma, lalu kapan? sampai tahun 2011 ini, ugm masih membuka program diploma akan tetapi tidak membuka program ekstensi. mereka beranggapan bahwa ugm masih menginginkan kucuran duit dari pos program diploma, dan memang peminat program diploma ugm itu sangat besar.

poin ketiga, sekolah vokasi saat ini menempati gedung bekas fakultas pertanian lama, yang didirikan dari zaman penjajahan jepang! gedung tua, papan tulis masih bor(pake kapur), kursi kayu, dll. senasib dengan teman-teman di gedung fmipa selatan deh(my sympathy goes to you, mate). padahal, uang yang mereka bayarkan ya setara dengan teman-teman S1, bahkan tiap tahun harganya makin mahal. jadi antara 2009, 2010, dan 2011 ini bayarannya beda-beda.
oya perihal gedung sekolah vokasi ini hanya dialami oleh teman-teman yang prodinya menempati gedung sekolah vokasi, kalau teman-teman diploma feb dan kedokteran sih gedungnya oke. bahkan diploma feb sudah punya gedung sendiri(ada elevator-nya bo...)

oke, those are the three main points. dan pertanyaan gue adalah, ugm kan udah punya banyak badan usaha yah; dari stasiun radio, tour and travel, pengiriman barang, sampe tangki minyak(my friend said), kok masih mencari dana dari "menggantungkan" teman-teman diploma?

selain itu, argumentasi dari pihak ugm untuk menutup program ekstensi adalah tiadanya keselarasan kurikulum antara kurikulum diploma dan kurikulum S1. kurikulum diploma yang practical banget ga cocok kalo dilanjutin ke kurikulum S1 yang banyak teori dan lebih mendalam. saya pernah main ke diploma feb, laboratorium yang ada disana itu lab myob, dll. ga kaya di S1 feb yang berupa P2EB, JIEB, gitu" yang riset banget.
akan tetapi menurut teman" elins yang tadi saya wawancarai, mereka bilang antara S1 teknik dengan diploma teknik itu ga beda jauh. lab mereka samaan, paling juga beda nama. mereka ngambil mata kuliah yang sama, dll. so this "perbedaan kurikulum" thingy seems only happened in FEB, not in engineering. what will you say then, ugm?

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

malam ini(7 Desember 2011) pukul 19.00 WIB akan diselenggarakan rapat internal rektorat untuk membahas tuntutan teman-teman diploma, mari kita berdoa semoga mereka segera diberikan kejelasan dan keputusan yang terbaik. satu ugm, satu rasa, hidup mahasiswa Indonesia!

Comments

Popular posts from this blog

Iseng-Iseng Niat: Perjalanan Menjadi Seorang Fulbrighter (Bagian 1/3)

Sebelum memulai utas (thread) ini mungkin ada baiknya saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama (kalau di gunung) saya Janis, saya alumna Fakultas Ekonomika dan Bisnis - Universitas Gadjah Mada jurusan Manajemen. Saya lulus tahun 2015 dan saat ini bekerja di satu institusi pemerintah pusat. Omong-omong saya orang Cancer, kalau memang mau tahu banget... kiri: teman penulis; kanan: penulis. Mohon diabaikan saja Blog ini sebetulnya sudah lama saya buat, kurang lebih tahun 2004 dan waktu itu saya masih kelas 7 SMP. Setelah menulis berbagai entri yang tidak bertema dan kebanyakan hanya cuap-cuap sekenanya saja (itu pun jarang), tahun ini setelah menerima pengumuman bahwa saya "resmi" menjadi principle candidate untuk beasiswa Fulbright, saya memutuskan untuk kembali menulis di blog ini dan mendedikasikannya untuk para pencari beasiswa S2 di Amerika Serikat khususnya melalui beasiswa Fulbright. Kasih selamat boleh dong... Nama Fulbright sendiri sebetulnya adalah nama dari

Iseng-Iseng Niat: Perjalanan Menjadi Seorang Fulbrighter (Bagian 2/3)

Yayy... Saya kembali lagi! Laman ini adalah lanjutan dari blog post sebelumnya, silakan klik di sini. Berdasarkan surel yang saya terima dari AMINEF pada tanggal 3 April 2017, jadwal wawancara saya adalah tanggal 20 April 2017. Nah... Ternyata ada waktu selama 17 hari untuk mempersiapkan diri, masa yang saya rasa sangat cukup untuk bersiap-siap. Apa saja yang saya lakukan untuk mempersiapkan diri? Tentu bermacam-macam, tapi yang utama dan sangat mudah ditebak a la kids jaman now tentu saja berselancar di internet! Terdapat beberapa laman blog para Fulbrighters yang sangat membantu saya untuk mempersiapkan diri selama wawancara, tapi yang paling komprehensif dan (sepertinya) paling banyak diakses adalah laman blog Comatosed Thoughts milik Kak Nanda. Kelak di kemudian hari saya baru tahu kalau ternyata Kak Nanda adalah mentor dari salah satu sahabat saya sesama kandidat penerima beasiswa Fulbright (mentor-mentoran ini akan saya bahas di utas selanjutnya). Terima kasih Kak Nanda...
aku berkata padanya, "kejarlah mimpimu sampai ke ujung dunia, jangan pedulikan aku. karena aku pun akan mengejar mimpiku sendiri," aku tak tahu hal apa lagi yang akan aneh setelah perpisahan, putus yang direncanakan. aku hanya ingin berpikir logis, realistis, penuh pengharapan dan keyakinan bahwa kami akan meraih cita-cita kami masing-masing, dan kami tak ingin disaat cita-cita itu telah tercapai, kami belum mendapat apa-apa. belum merasakan apa-apa. dia bercerita kepadaku, tentang detik yang mati, "selama ini detik berjalan,maju ke depan. tanpa kembali ke belakang, hal-hal yang ditinggal hanya bisa dilihat kembali, tidak bisa diulang lagi," aku hanya bisa menatap senja hari dan berkonspirasi dengan rumput yang bergoyang, bertanya siapakah yang tengah duduk di buaian bulan sesungguhnya. ah, aku teringat saat-saat kami meracau tentang dunia, dengan sombong membuat filsafat sendiri tentang semesta, kami menertawakan kebodohan kami, dengan bangga mengakui bahwa kami ma