JENDELA I
aku mencintaimu
bagai daun yang berbisik
seolah dukanya tak sampai kepada hujan
aku mencintaimu
bagai angin yang mendesau
seolah keluhnya tak sampai kepada awan
bagai berwudhu dalam subuhku,
engkau menampar dari lenaku.
namun aku tak mau berhenti, aku tak mau
zikir embun di awal pagi
JENDELA II
hanya aku dan Tuhan yang tahu,
tapi tak apa.
karena duka daun pun tak pernah sampai kepada hujan
keluh angin pun tak pernah sampai kepada awan
namun mereka bercinta bersama,
menyebut nama Tuhan bagai sang sufi
aku ingin berzikir bersamamu,
maukah kau jadi imam dalam salatku?
JENDELA III
oh Tuhan, wahai rasa rindu yang tak tertahan
mengapa kau desaukan angin?
sehingga menggoyang daun-daun
yang bergemerisik menggodaku,
bolehkah aku mencintai makhluk-Mu, Tuhan?
(14022010, sekre sef)
aku mencintaimu
bagai daun yang berbisik
seolah dukanya tak sampai kepada hujan
aku mencintaimu
bagai angin yang mendesau
seolah keluhnya tak sampai kepada awan
bagai berwudhu dalam subuhku,
engkau menampar dari lenaku.
namun aku tak mau berhenti, aku tak mau
zikir embun di awal pagi
JENDELA II
hanya aku dan Tuhan yang tahu,
tapi tak apa.
karena duka daun pun tak pernah sampai kepada hujan
keluh angin pun tak pernah sampai kepada awan
namun mereka bercinta bersama,
menyebut nama Tuhan bagai sang sufi
aku ingin berzikir bersamamu,
maukah kau jadi imam dalam salatku?
JENDELA III
oh Tuhan, wahai rasa rindu yang tak tertahan
mengapa kau desaukan angin?
sehingga menggoyang daun-daun
yang bergemerisik menggodaku,
"aku tahu kau merindukan dirinya,"
bolehkah aku mencintai makhluk-Mu, Tuhan?
(14022010, sekre sef)
Comments